Ini Analisis BMKG soal Gempa Meter 5, 1 di Yogyakarta

313
ini-analisis-bmkg-soal-gempa-meter-5-1-di-yogyakarta
Gambar: Ilustrasi BMKG( Eva Safitri/ detikcom)

JAKARTA, MitraNews.coBadan Meteorologi, Klimatologi, serta Geofisika( BMKG) memutahirkan data gempa bumi dengan magnitudo( Meter) 5, 2 di Bantul, Wilayah Istimewa Yogyakarta( DIY) jadi Meter 5, 1. Gempa ini tercantum tipe gempa dangkal akibat terdapatnya kegiatan subduksi.

Gempa dilaporkan terjalin pada dini hari tadi dekat jam 02. 50 Wib. Episenter terletak pada koordinat 8, 73 Lintang Selatan serta 109, 88 Bujur Timur, ataupun tepatnya di Samudra Hindia Selatan Jawa pada jarak 101 Kilometer arah selatan Kulonprogo pada kedalaman 46 Kilometer.

” Dengan mencermati posisi episenter serta kedalaman hiposenternya, gempa yang terjalin ialah tipe gempa dangkal akibat kegiatan subduksi Lempang Indo- Australia yang menunjam ke dasar Lempeng Eurasia,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi serta Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangannya, Senin( 13/ 7/ 2020).

Gempa dialami skala MMI II sampai III di Pacitan, Purworejo, Yogyakarta, sampai Wonogiri. Daryono berkata gempa ini mempunyai mekanisme pergerakan naik yang jadi karakteristik khas gempa akibat tumbukan lempeng di zona megathrust.

” Hasil analisis mekanisme sumber menampilkan kalau gempa ini mempunyai mekanisme pergerakan naik( thrust fault) yang ialah karakteristik khas gempa akibat tumbukan lempeng di zona megathrust. Guncangan gempa ini dialami di Pacitan, Purworejo, Yogyakarta, serta Wonogiri. Walaupun Shakemap BMKG menampilkan guncangan terjalin dalam daerah luas dari Pangandaran sampai Pacitan,” ucap Daryono.

BMKG mencatat gempa ini tidak berpotensi memunculkan tsunami. Sedangkan, belum terdapat laporan menimpa akibat gempa.

BMKG menginformasikan gempa terjalin dekat jam 02. 50 Wib. Pusat gempa terletak di laut, 105 Kilometer barat energi Bantul. Pusat gempa terletak di koordinat 8, 73 Lintang Selatan serta 109, 88 Bujur Timur pada kedalaman 10 kilometer.

” Sampai dikala ini, belum terdapat laporan akibat kehancuran yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Hasil pemodelan menampilkan kalau gempa ini tidak berpotensi tsunami. Sampai jam 03. 15 Wib, hasil monitoring BMKG belum menampilkan terdapatnya kegiatan gempa susulan( aftershock),” imbuhnya.

Daryono menyebut pusat gempa ini berdekatan sangat dekat dengan pusat gempa berkekuatan Meter 8, 1 yang memunculkan kehancuran di Pulau Jawa pada 23 Juli 1943. Kota- kota yang hadapi kehancuran akibat gempa pada dikala itu merupakan Cilacap, Tegal, Purwokerto, Kebumen, Purworejo, Bantul, serta Pacitan.

Sedangkan itu, dalam catatan BMKG, terjalin kenaikan kegiatan gempa di daerah selatan Pulau Jawa sepanjang 3 minggu terakhir, semacam:

1. Gempa Selatan Pacitan Meter 5, 0 pada 22 Juni 2020

2. Gempa Selatan Blitar Meter 5, 3 pada 5 Juli 2020

3. Gempa Lebak Meter 5, 1 pada 7 Juli 2020

4. Gempa Selatan Garut Meter 5, 0 pada 7 Juli 2020

5. Gempa Selatan Selat Sunda Meter 5, 2 pada 7 Juli 2020

6. Gempa Selatan Sukabumi Meter 4, 8 pada 10 Juli 2020

7. Gempa Selatan Kulonprogo Meter 5, 1 pada 13 Juli 2020.

” Meningkatnya kegiatan kegempaan di selatan Jawa akhir- akhir ini tidak butuh membuat warga takut kelewatan, walaupun kita wajib waspada dengan tingkatkan kesiapsiagaan, baik para pemangku kepentingan bidang kebencanaan serta warga,” pkata Daryono.

 

source: detik.com